FORGIVeness
Bacaan: Markus 11:25
S
|
eorang wanita berkulit hitam yang telah renta
dengan wajah yang tergores akibat penderitaan yang dialaminya bertahun-tahun
oleh seseorang yang bernama Mr. Van den Broek berdiri di suatu ruang pengadilan di
Afrika Selatan. Selain menganiaya, Mr. Van den juga telah membunuh anak
laki-laki beserta suami dari seorang wanita tersebut. Beberapa tahun yang lalu
laki-laki itu datang ke rumah wanita itu. Ia mengambil anaknya, menembaknya dan
membakar tubuhnya. Beberapa tahun kemudian, ia kembali lagi. Ia mengambil
suaminya. Dua tahun wanita itu tidak tahu apa yang terjadi dengan suaminya.
Kemudian, Van den Broek kembali lagi dan mengajak wanita itu ke suatu tempat di
tepi sungai. Ia melihat suaminya diikat dan disiksa. Mereka memaksa suaminya
berdiri di tumpukan kayu kering dan menyiramnya dengan bensin. Kata-kata
terakhir yang didengarnya ketika ia disiram bensin adalah, “Bapa, ampunilah
mereka.”. Belum lama berselang, Mr. Van den Broek ditangkap dan diadili. Ia
dinyatakan bersalah, dan sekarang adalah saatnya untuk menentukan hukumannya.
Ketika wanita itu berdiri, hakim bertanya, “Jadi, apa yang Anda inginkan? Apa
yang harus dilakukan pengadilan terhadap orang ini yang secara brutal telah
menghabisi keluarga Anda?”. Wanita itu menjawab, “Saya menginginkan tiga hal.
Pertama, saya ingin dibawa ke tempat suami saya dibunuh dan saya akan
mengumpulkan debunya untuk menguburkannya secara terhormat.” Setelah berhenti
sejenak, ia melanjutkan, “Suami dan anak saya adalah satu-satunya keluarga
saya. Oleh karena itu permintaan saya kedua adalah, saya ingin Mr. Van den
Broek menjadi anak saya. Saya ingin dia datang dua kali sebulan ke ghetto
(perumahan orang kulit hitam) dan melewatkan waktu sehari bersama saya hingga
saya dapat mencurahkan padanya kasih yang masih ada dalam diri saya.” Dan
akhirnya ia berkata, “permintaan saya yang ketiga. Saya ingin Mr. Van den Broek
tahu bahwa saya memberikan maaf bagi dia karena Yesus Kristus mati untuk
mengampuni. Begitu juga dengan permintaan terakhir suami saya. Oleh karena itu,
bolehkah saya meminta seseorang membantu saya ke depan hingga saya dapat
membawa Mr. Van den Broek ke dalam pelukan saya dan menunjukkan padanya bahwa
dia benar-benar telah saya maafkan.”
Ilustrasi
diatas mengingatkan kepada kita bahwa dalam hidup ini kita harus dengan sepenuh
hati mengampuni seseorang yang bersalah kepada kita. Seringkali kita merasa
malas jika harus mendengar kata “mengampuni” karena mengampuni seseorang yang
telah melukai kita tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mengampuni
seseorang memerlukan kerendahan hati dan rasa takut akan Tuhan. Mengapa
dikatakan demikian? Karena Tuhan Yesus sendiri memberikan teladan yang baik
dalam hal pengampunan seperti yang tertera dalam Kolose 2:13-14 dimana Ia
dengan penuh kasih dan dengan kerendahan hati mau mengampuni orang-orang
berdosa yang telah mati oleh karena pelanggaran-pelanggaran mereka. Yesus
memberikan pengampunan tidak hanya kepada orang-orang tertentu, namun Yesus
memberikan pengampunan kepada semua orang. Di dalam Alkitab juga sering disinggung
tentang hal mengampuni, seperti halnya dalam Surat Efesus 4:32 mengatakan bahwa
kita harus saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni
semua orang yang berdosa. Pengampunan yang sejati sesungguhnya tidak menyimpan
kesalahan atau dengan kata lain jika seseorang menyakiti kita setiap saat, kita
juga harus mengampuninya setiapa saat (Matius 18:21-22). Maka dari itu,kita
sebagai anak-anak Allah harus mengikuti teladan baik Allah seperti dalam hal
pengampunan. Kita sebagai manusia yang telah diampuni kesalahannya juga harus
bisa mengampuni orang yang melakukan kesalahan kepada kita. So, jangan pernah
berhenti mengampuni!! God bless you all.